Senin, 15 Juli 2013

Maag yang Bermakna

Puasa kali ini agak spesial. That special cause i got the maag. Demi Tuhan sakit banget! Anehnya, saya juga ga tau habis buka puasa apa saya sampe bisa maag.

Jadi ceritanya pas puasa pertama, saya baik-baik aja sampe sekitar jam 9 atau 9.30 WITA perut saya perih. Nah, tau-tau maag saya kambuh. Saking sakitnya, saya ga bisa tidur dan dibilangin ga usah puasa sama Mama. Tadi pas buka saya makan apa ya? Kayaknya ga ada yang aneh.. Kayaknya ini perut emang cuma kaget.

Setelah maag saya udah mendingan (tapi tetap aja meringis perih), saya jadi ingat satu kejadian. Kekejaman batin yang pernah saya lakukan.

Suatu hari, saya melihat gadis kecil di sudut tangga fakultasku. Dia kumal, dengan karung beras yang berisi gelas-gelas air mineral yang sudah kosong. Saya sempat melirik ke mimik wajahnya, dia sedang meringis sambil memegang perutnya. Semua orang pasti bisa menebak, dia kelaparan. Termasuk saya. Tapi saya mengacuhkan dia. Saya pikir pasti dia cuma akting, pasti dia sudah terorganisir untuk mengemis dengan menggunakan tatapan sedih, kan banyak yang seperti itu. Pasti deh!

Ya Allah.. Jahat sekali saya..
Sampai sekarang saya tidak tau apakah dia bersungguh-sungguh lapar (dan maag) atau dugaan (baca: tuduhan jahat) saya benar. Tapi yang pasti dari kejadian ini saya berpikir betapa nilai kepedulian semakin merosot. Termasuk saya, yang sering kali me-nobel-i diri sebagai orang yang peduli, padahal sebenarnya saya hanya orang yang bermulut besar dengan hati kerdil. Menyedihkan.

Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah..

Hal yang ingin saya sampai dari pengalaman saya adalah manusia itu adalah makhluk buta dan sombong, tidak bisa menilai dirinya dan seenaknya berasumsi. Memang, teguran Allah benar-benar sungguh adil seadil-adilnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar